Entah ada apa denganku hari ini, orang-orang di luar sana tersenyum, tertawa, bercanda dan berlarian. Di mata mereka cuaca nampak begitu cerah, tapi untukku justru gelap.
Mereka saling berkejaran dan berlarian dibawah terik mentari dan aku hanya memandang dari balik jendela kaca,
tak ada yang menghalangiku, selain... takut hujan turun.
---
Aduuuuh... kepalaku berat
Sejak matahari itu berpaling tanpa pamit aku kehilangan sinarku
Kepala yang selalu bersatu denganku ini kini sering berontak
terlalu sering terasa berat
Kalau sudah begitu, lembah dada ini akan ikut terasa berguncang,
sesak...
sakit...
perih...
lalu bila sakit itu tak tertahan lagi, satu-satunya cahaya di balik mataku pasti akan meredup
dan bila itu redup, mata hujan akan turun... deras... deras sekali
Aduuuuuuuh
Kepala ini rasanya mau pecah,
Kumohon jangan berdemonstrasi sekarang
Bersabarlah dulu
Tunggu siang ini berlalu menjadi petang
Jangan
Jangan sekarang, aku belum siap kehilangan semua cahaya
Jangan, ini belum waktunya
Aku belum siap menghadang hujan
Aku masih takut pada hujang
Jangan sekarang
Tenang... tenang... tenanglah dulu
Yah... begitu
Huuuh...
Hm...
Yah...
Sabar...
Tenang...
.............................
.............................
.............................
AAAAAA!!!!!!
----
Kepala itu diam, dada itu tenang
Tak ada suara demonstran yang memecahkan kepala
Tak ada suara bising dibalik dada yang saling bekerjaan
Cahaya itu hilang, hujan deras turun seperti yang telah kuucapkan
Dan hujan kali ini tanpa pelangi
Hanya awan hitam dibalik payung kematian
Jumat, 18 Desember 2009
Payung kematian
Diposting oleh Vi vie islami di 12/18/2009 12:02:00 AM
Label: puisi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
takuuuuuuut aaaaah hehehehehe.......
Posting Komentar